KEKRISTENAN DIJUNGKIRBALIKKAN?
(oleh Anwar Tjen, terbit di Bentara, Kompas, Sabtu 7 Oktober 2007)
Buku Injil Yudas oleh R Kasser, M Meyer, dan G Wurst, yang terjemahannya ke dalam bahasa Indonesia diterbitkan oleh sebuah penerbit di Jakarta, merupakan kumpulan tulisan berkaitan dengan penemuan dan penerbitan terjemahan Injil Yudas yang diluncurkan oleh majalah National Geography edisi Mei 2006. Publikasi majalah itu sempat memancing reaksi publik yang hangat dikarenakan figur Yudas ditampilkan dengan cara sangat bertentangan dengan gambaran dalam injil-injil Sinoptik.
Yudas dalam Injil Yudas memang menyerahkan Yesus kepada para pemimpin Yahudi, tetapi perbuatannya justru dihadirkan sebagai tindakan terpuji karena dengan berbuat demikian, dia akan membebaskan Yesus kembali ke dunia rohani asalnya, lepas dari raga manusia yang dikenakannya.
Kisah penemuan Injil yang sempat terkubur selama 1.700 tahun dapat disimak lewat penuturan Prof R Kasser. Kepentingan "bisnis" jelas bertarung sengit dengan kepentingan "akademis" dalam upaya memperoleh naskah tersebut. Kasser sangat menyesalkan perlakuan tak semena-mena terhadap kodeks itu oleh para pedagang barang antik. Terinspirasi oleh nilai komersial naskah-naskah Nag Hammadi dan gulungan-gulungan Laut Mati, mereka menetapkan harga yang keterlaluan tinggi. Kasser juga mengecam para peneliti yang memperlakukan naskah itu dengan sembrono karena berambisi menjadi orang pertama yang mengetahui isinya. Termasuk dalam sasaran kritik Kasser adalah beberapa sarjana Amerika yang terbang ke Swiss untuk membeli naskah itu tanpa sepengetahuan para pakar Koptologi Swiss atau Eropa! Kondisi Injil Yudas yang mengenaskan dalam bahasa yang emosional disebut sebagai "akibat kedunguan dan ketamakan beberapa orang yang hidup sezaman dengan kita" (hlm 75)!
Dalam edisi berbahasa Indonesia buku Injil Yudas didahului prakata oleh Prof Gianto dari Institut Alkitab Kepausan Roma. Agaknya prakata ini dimaksudkan untuk menenteramkan para pembaca yang beriman Kristiani. Gianto menjelaskan proses seleksi terhadap kitab-kitab Injil sampai akhirnya diakui Gereja Purba sebagai Kitab Suci. Ibarat lingkaran penonton yang menyaksikan sebuah pertunjukan, kelompok yang terbentuk bisa melebar atau mengecil. Bila ini berlangsung cukup teratur, terbentuklah arena yang tetap. Bila ada orang luar masuk dan ingin ikut bermain, para penonton dan pemain akan bereaksi, entah menyisihkannya ataupun menerimanya sebagai bagian dari arena pertunjukan itu.
Dalam proses yang sering disebut kanonisasi selama hampir empat abad pertama kekristenan, sudah sejak awal keempat Injil Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes mendapat pengakuan luas. Yang lain seperti Injil Tomas, Injil Filipus, dan Injil Maria tersingkir dari peredaran. Injil-injil ini disebut apokrif (terselubung) karena pemakaiannya yang terbatas oleh kalangan tertentu. Sebagian besar Injil apokrif ditemukan kembali di Nag Hammadi, Mesir, tahun 1945.
Injil Yudas juga tersingkir oleh proses seleksi alami di antara kitab-kitab Injil. Menurut Gianto, tulisan-tulisan gnostik tidak berbicara tentang salib dan kebangkitan, padahal tema ini selalu muncul dalam setiap tulisan Perjanjian Baru. Namun, patut dicatat, Surat Yakobus yang "dikeramatkan" sebagai bagian Perjanjian Baru toh tidak menyebut tema ini! Bagaimanapun, masih tersisa pertanyaan yang belum terjawab mengenai proses seleksi ini. Yang jelas, berhadapan dengan penemuan apa pun, entah menyangkut penemuan naskah-naskah kuno, perkembangan teknologi, atau ilmu pengetahuan, gereja perlu bersikap dialogis.
Mana unsur yang paling "mengguncangkan" mengenai Injil Yudas? Kontradiksi antara karakter Yudas sebagai pengkhianat dan makna injil sebagai kabar baik! Benar, Yudas menyerahkan Yesus kepada para lawannya, tetapi dengan berbuat demikian ia sekaligus menjadi pahlawan yang membebaskan Yesus dari wujud manusianya agar dapat kembali ke alam abadi. Para murid lainnya tidak menyadari hal ini. Hanya Yudas yang mengenal siapa Yesus sesungguhnya. Kepicikan dan kebebalan para murid ini menjadi bahan tertawaan Yesus beberapa kali dalam Injil Yudas. Menurut Marvin Meyer, gambaran yang diberikan para pemburu bidat di Gereja Purba mengenai pandangan para lawan sering sangat berat sebelah. Namun, pandangan Gereja "resmi"-lah yang menang sehingga pandangan lainnya tersingkir. Terhadap intoleransi Gereja resmi, Injil Yudas melontarkan serangan balik dengan menuduh para petinggi Gereja sebagai antek penguasa "dunia bawah".
Wahyu rahasia kepada YudasTerjemahan Injil Yudas ke dalam bahasa Inggris merupakan hasil kolaborasi R Kasser (Jenewa), M Meyer (Chapman), G Wurst (Augsburg), dan F Gaudard (Chicago). Terjemahan ini dilengkapi dengan judul-judul yang menuntun para pembaca.
Babak pertama menampilkan percakapan Yesus dengan para murid pada suatu ibadah ekaristi. Yesus menertawakan kebebalan para murid yang tidak menyadari siapa ilah yang mereka sembah. Mengenai jati diri Yesus pun, hanya Yudas yang mengenal jati diri-Nya yang sejati, yakni yang berasal dari alam abadi tempat kediaman Barbelo. Hanya kepada Yudas akan disingkapkan misteri-misteri kerajaan itu kendati untuk itu ia akan mengalami duka dan derita.
Dalam babak kedua Yesus mendatangi para murid itu keesokan harinya. Menjawab pertanyaan mereka mengenai kepergiannya, Yesus mengatakan bahwa Ia menjumpai generasi lain yang agung dan kudus. Yesus kembali menertawakan mereka yang penasaran ingin tahu tentang generasi kudus ini. Hari berikutnya, para murid menceritakan penglihatan mereka mengenai sebuah rumah besar dengan altar, sebuah nama dan dua belas pria. Sementara dikerumuni orang yang menanti, para imam menerima persembahan. Para pria itu melakukan berbagai perbuatan tercela, antara lain mengurbankan anak-anak dan istri-istri mereka, bahkan tidur dengan pria lain. Yesus kemudian mengidentifikasi para imam itu dengan para murid sendiri yang menyesatkan para pengikut mereka. Itulah sebabnya mereka dicap sebagai "pelayan kesesatan" yang memakai nama Yesus dengan cara yang memalukan. Dalam adegan berikut, pembaca dapat menyimak pandangan gnostik tentang kelepasan jiwa dari tubuh: "Jiwa dari setiap generasi manusia akan mati. Kendati demikian, bila orang-orang ini telah menggenapi waktu kerajaan, dan roh mereka meninggalkan mereka, tubuh mereka akan mati, tetapi jiwa mereka akan tetap hidup dan mereka akan diangkat ke atas" (Yudas 43).
Babak ketiga didahului dengan cerita Yudas mengenai penglihatannya. Yesus yang tertawa mendengarnya lalu menyapa Yudas sebagai "roh ketiga belas". Yudas menyaksikan dirinya dirajam kedua belas murid dan melihat sebuah rumah beratap tumbuhan hijau. Yesus menjelaskan bahwa rumah itu adalah tempat yang dikhususkan bagi orang-orang kudus yang akan hidup dalam keabadian. Kepada Yudas diberitahukan bahwa kenaikannya akan dikutuk generasi-generasi lain.
Percakapan berikutnya menyajikan ajaran Yesus tentang "rahasia" alam yang tak terbatas di mana terdapat Dia yang Tak Terlihat. Dari Roh ini muncul berbagai "malaikat", termasuk Sang Autogenes ’Dia yang Jadi Sendiri’ dengan berbagai penerang lain dan aeon yang jumlahnya bernilai simbolis: "72 penerang, 360 penerang lain, 12 aeon, enam langit untuk masing-masing aeon, 72 langit untuk 72 penerang". Dari Adamas yang berada di awan bercahaya muncul generasi Set yang tak ternoda. Kemudian muncul pula aeon yang disebut El, 12 malaikat penguasa kekacauan dan dunia bawah, Nebro alias Yaldabaot "pemberontak" yang wajahnya berkilatan api dan bernoda darah. Nebro menciptakan enam malaikat, termasuk Saklas "si Tolol", sebagai pembantunya, lalu dari mereka muncul 12 malaikat di langit. Dalam bagian selanjutnya, kita menemukan nama kelima penguasa dunia bawah dan kekacauan: [S]et yang disebut Kristus, Harmatot, Galila, Yobel, Adonaios. Adam dan istrinya diciptakan Saklas dan para malaikatnya menurut gambar dan rupanya.
"Apakah roh manusia bisa mati?" tanya Yudas. Menjawab pertanyaan ini, Yesus menjelaskan perbedaan generasi kudus itu dan yang lainnya: Kalau Mikhael diperintahkan untuk memberi roh manusia sebagai pinjaman, maka kepada generasi agung itu Gabriel diperintahkan untuk memberi "roh dan jiwa". Allah menyebabkan pengetahuan (gnosis) diberikan kepada Adam dan orang-orang yang bersama dia supaya mereka tidak dikuasai raja-raja kekacauan dan dunia bawah. Kemudian, sambil menertawakan kesalahan para bintang, Yesus menyebutkan penghancuran mereka bersama dengan ciptaan mereka.
Tentunya yang paling menarik bagi banyak pembaca Injil Yudas adalah ucapan Yesus mengenai tindakan Yudas: "Tetapi engkau lebih besar daripada mereka semua; karena engkau akan mengorbankan manusia yang mengenakan aku". Bagian ini ditutup dengan perkataan Yesus kepada Yudas: "Angkatlah pandanganmu, dan lihatlah awan itu, serta cahaya yang ada di dalamnya, maupun bintang-bintang yang mengelilinginya. Bintang yang mengarahkan jalan adalah bintangmu." Yudas menengadah melihat awan bercahaya itu, lalu masuk ke dalamnya. Akhir Injil Yudas yang menceritakan penyerahan Yesus mirip dengan penuturan Injil- injil kanonik. Yudas menerima sejumlah uang dan menyerahkan Yesus kepada para imam dan ahli Taurat. Sayangnya, rincian ajaran gnostik ini tidak mudah dimengerti tanpa latar pemikiran gnostik yang lebih luas. Adanya lacunae sekitar 50 baris dan bagian-bagian yang kabur makin mempersulit interpretasinya.
Kekristenan dijungkirbalikkanIrenaeus dalam karangannya "Melawan Bidah-bidah" (sekitar tahun 180) menyebut kaum Kainit yang menjadikan Kain pahlawan iman mereka. Menurut kelompok ini, ilah pencipta dunia ini yang diceritakan dalam Perjanjian Lama adalah ilah bebal. Tokoh pemberontak seperti Kain yang membangkang terhadap ilah rendahan ini dianggap memahami rahasia untuk melepaskan diri dari cengkeramannya. Kaum Kainit dikatakan melakukan apa saja yang dilarang ilah Perjanjian Lama, seperti makan babi dan berzinah. Rupanya, Injil Yudas juga dijadikan pegangan kelompok ini.
Pandangan Injil Yudas mengenai penciptaan memang tidak "ortodoks". Dunia dan manusia tidak diciptakan oleh Allah yang benar, melainkan oleh Yaldabaot, ilah pemberontak berlumur darah, dan Saklas, ilah yang tolol. Ilah-ilah inilah yang disembah para murid. Bertentangan dengan ajaran ortodoks, manusia tidak perlu diperdamaikan melalui kematian Yesus dengan ilah yang cuma haus darah. Bagaimana dengan "kebangkitan"? Sama sekali tidak perlu! Sebab, kebangkitan malah mengembalikan Yesus ke dalam ciptaan ilah yang tak sempurna. Menurut Injil Yudas, kedua belas murid Yesus tidak memahami kebenaran. Mereka memuja ilah pencipta. Kecuali Yudas, semua murid itu telah sesat dan menyesatkan pengikut mereka. Siapa sasaran serangan Injil ini kalau bukan Gereja resmi sezamannya? Para pemimpin Gereja diserang sebagai promotor agama semu. Hanya Yudas, tokoh kelompok gnostik, yang menerima ajaran rahasia yang benar.
Di balik Injil Yudas, menurut BD Ehrman, tecermin pergulatan teologis berbagai kelompok Kristen. Yang menang kemudian menentukan struktur organisasi Gereja dan menulis ulang asal usul ajaran mereka yang diyakini sebagai pandangan mayoritas dan dapat ditelusuri sampai pada para rasul dan Yesus sendiri. Semua "kisah" lain yang tidak cocok dengan ajaran mayoritas dilarang dan jarang disalin ulang. Para pemburu bidah, seperti Irenaeus dan Yustinus Martir, termasuk kelompok ini. Tawa Yesus dalam Injil Yudas mencerminkan resistensi hebat terhadap pandangan dominan.
Injil gnostik aliran SetInjil Yudas menampilkan bentuk awal paham gnostik Set sebagaimana dapat dilihat dalam beberapa contoh dari tulisan-tulisan gnostik Set lainnya. Nama Barbelo yang mungkin dapat diuraikan menjadi kata arba ’empat’ dan el ’Allah’, yakni nama ilahi yang terdiri dari empat huruf suci YHWH, sering muncul dalam teks-teks aliran ini. Dalam kitab Rahasia Yohanes, Barbelo digambarkan sebagai Bunda Ilahi yang berhubungan seksual secara spiritual dengan Sang Bapa. Dari Barbelo yang mengandung oleh Bapa muncullah Sang Anak Yang Jadi Sendiri (Autogenes). Dalam Kitab Suci Roh Agung Yang Tak Dapat Dilihat, Nebruel, atau Nebro dalam Injil Yudas, digambarkan sebagai dewi yang berhubungan seksual dengan Sakla "Tolol" dan melahirkan 12 aeon.
Teks-teks gnostik aliran Set memiliki pandangan negatif mengenai pencipta dunia sebagai ilah yang gila hormat dan gila kuasa. Namun, manusia memiliki percikan ilahi yang memungkinkan mereka melepaskan diri dari kungkungan penguasa dunia ini dan mencapai kelepasan. Pengaruh Platonis dan Neoplatonis tampak dalam pandangan demikian. Namun, gambaran gnostik yang terlalu negatif tentang pencipta dunia dikritik oleh kaum Platonis sendiri. Menurut Meyer, ajaran rahasia yang disampaikan Yesus mengenai kosmologi dalam Injil Yudas hanya sedikit diwarnai pandangan Kristen dan lebih merupakan paduan konsep Platonis dan gnostik Yahudi aliran Set. Unsur yang bercorak Kristen dalam kosmologi Injil Yudas tampaknya hanyalah acuan kepada "[S]et yang disebut Kristus"!
PenutupAkhirnya pembaca patut bertanya: apa relevansi dan kontribusi penemuan dan penerbitan Injil Yudas ini? Tentu saja sangat bermanfaat menelusuri sejarah perkembangan pemahaman gnostik, khususnya yang beraliran Set. Namun, bagi kebanyakan pembaca yang bukan pakar gnostik atau Koptik, daya tariknya terutama menyangkut figur Yudas yang berbanding terbalik dengan gambaran kitab-kitab Injil yang diakui Gereja!
Pergulatan yang tecermin dari percakapan antara Sang Guru dan Murid Terbaiknya menyediakan sebuah ruang refleksi bagi umat yang mungkin sudah merasa mapan untuk melakukan introspeksi dan belajar mendengar suara-suara lain seberapa sumbang pun nadanya.
Penokohan Yudas sebagai pahlawan benar-benar menjungkirbalikkan gambaran tradisional dan mengajak kita melihat sisi lain dari cara kita memandang realitas. Benarkah visi kita satu-satunya lensa yang mungkin dan sah untuk menyelami berbagai lapisan makna yang terkandung dalam suatu "teks"? Perlukah sikap kritis kita berarti peredaman terhadap suara-suara lain yang tidak cocok dengan keyakinan dan pandangan tradisional yang sudah mendarah daging? Membaca pergulatan di balik Injil yang ganjil ini, kita seolah dibawa kepada kesadaran bahwa Yudas tak lain daripada kelompok teraniaya yang digusur oleh pandangan dan keyakinan mayoritas. Sebuah keyakinan yang tak dapat dibungkam begitu saja seperti terbukti dari teks yang menyembul secara tak terduga-duga dari keheningannya yang panjang.
Anwar Tjen PhD dari Universitas Cambridge dalam Bidang Filologi Klasik dan Tafsir Kitab Suci, Pendeta di Gereja Kristen Protestan Indonesia