Anwar Tjen Online
Jumat, 01 Februari 2013
  PROF. PAUL J. ACHTEMEIER: OBITUARIUM (1927-2013)

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJzN8AW85tjdRydFz0h5fqVt8KIDDvFqzj9AZHvnr7s5hM-lJXmif0fj7Idd4RFmncGbzWs_r0FIPWZxiEdp26KHo5PW1lV-XMSPGAuVzhG1b_69oB7tJH33BA89dqsNfS2vOLw_7q0cQ3/s320/achtemeier.jpg

SATU lagi pakar Perjanjian Baru yang mumpuni telah meninggalkan kita. Prof. Paul J. Achtemeier meninggal pada tanggal 28 Januari 2013 dalam usia 85 tahun. Kepergiannya didahului sekitar satu dasawarsa oleh istrinya Dr. Elisabeth Achtemeier, seorang pakar Perjanjian Lama yang adalah juga pengkhotbah terkenal semasa hidupnya.

PROF. Achtemeier adalah salah seorang pakar terkemuka yang mempunyai kemampuan untuk berinteraksi dengan berbagai kalangan, baik warga gereja yang memerlukan wawasan alkitabiah menyikapi berbagai isu maupun segelintir pakar yang berkarya dalam menara gading akademis. Kiprahnya yang bersifat lintas-konfesional tampak jelas ketika ia menjadi pakar Protestan pertama yang dipilih sebagai Presiden Asosiasi Biblika Katolik (Catholic Biblical Association). Achtemeier juga pernah menjadi Presiden Society Biblical Literature yang beranggotakan lebih dari delapan ribu pakar dan pemerhati biblika di Amerika Serikat dan berbagai belahan dunia. Penghargaan terhadap peran dan kepakarannya dilestarikan dalam penghargaan Paul J. Achtemeier Award for New Testament Scholarship setiap tahun sejak 2004. Salah satu karya populer yang diselesaikan di bawah kepemimpinan editorialnya adalah Harper's Bible Dictionary. Dalam lingkungan akademis yang lebih esoteris, kepakarannya ditandai pula, antara lain, dengan karya tafsir atas surat 1 Petrus dalam seri Hermeneia yang prestisius. 

PERKENALAN saya dengan Prof. Achtemeier berawal dari studi pasca sarjana di Union Theological Seminary in Virgina pada tahun 1990an. Pada awal seminar doktoral yang saya ikuti sebagai mahasiswa program S-2, Achtemeier memperkenalkan diri sebagai pengampu seminar Perjanjian Baru tingkat lanjut, lalu segera menegaskan bahwa ia bukanlah seorang imperialis! Karena itu, mahasiswa bebas memberi pendapat dan pandangan yang berseberangan dengan dirinya tanpa harus merasa terintimidasi. Selain itu, masih segar dalam ingatan saya betapa mahaguru yang satu ini mencoba memberi semangat kepada mahasiswa asing yang harus berbahasa Inggris mengikuti diskusi-diskusi ilmiah dalam seminar yang diwajibkan bagi para mahasiswa program PhD. Seandainya mahasiswa-mahasiswa Amerika ini juga diwajibkan berbahasa asing, berapa yang masih tersisa dalam kelas ini?, tanya Achtemeier. Spontan, komentar ini membesarkan hati saya di tengah-tengah seminar yang diikuti oleh kandidat-kandidat jebolan perguruan tinggi papan atas seperti Princeton dan Yale.

SELAIN seminar Perjanjian Baru, saya sempat mengambil seminar surat Roma yang juga diampu oleh Prof. Achtemeier. Penggalian teks dalam seminar yang amat "bergizi" itu tidak pernah berhenti hanya pada aspek teknis-tekstual tetapi selalu bergerak lebih jauh ke implikasi hermeneutisnya. Dalam aspek yang belakangan ini, setidaknya mahasiswa dari dunia 2/3 benar-benar tidak ketinggalan! Teologi Paulus yang terkenal rumit itu diurainya bersama kami yang dilibatkan langsung untuk membaca bersama dan menemukan strukturnya yang terjalin dari satu bagian ke bagian lain dengan senantiasa memberi perhatian pada makna kontekstualnya. Dari seminar sejenislah kami belajar tentang New Perspective on Paul yang kontroversial dan juga temuan-temuan Jesus Seminar yang sensasional. Kami diajak berpikir kritis dan orisinil tetapi bukan dengan membangun hipotesis, apalagi ilusi, yang tak lebih mencerminkan keresahan eksistensial manusia masa kini yang terbata-bata mengelola dampak hasil karyanya sendiri!

SIKAP Achtemeier yang mendorong kemandirian dalam meneliti dan mengembangkan wawasan ilmiah sangat nyata ketika ia menjadi pembimbing saya dalam penulisan tesis. Saya menemukan teman dialog yang tidak "menggurui", meskipun saya tahu seperti apa kalibernya. Suatu kali ia mengomentari gagasan yang saya kutip dari Prof. Martin Hengel. Dia akui, Hengel memang seorang pakar yang mumpuni, tetapi dalam penelitian ilmiah jangan langsung percaya padanya! Semua harus diteliti dan disimpulkan sendiri berdasarkan data atau fakta yang tersedia. 

MOMEN lain yang saya kenang baik adalah saat ia menawarkan untuk menjadi pembimbing studi doktoral seandainya saya diizinkan dan didukung untuk langsung meneruskan studi ke program PhD di sekolah yang sama. Dia berjanji akan memberi rekomendasi terbaik, mumpung masih ada satu dua tahun sebelum ia memasuki masa purna bakti. Namun, Achtemeier mengingatkan, menempuh studi doktoral itu bagaikan berenang di pinggiran samudera. Kita semakin terpesona dan menyadari betapa luasnya dunia yang akan kita arungi. Karena itu, kita perlu memiliki sikap yang tepat dan menjadi semakin rendah hati! Seusai studi S-2, saya langsung kembali berkarya di Indonesia, namun, saya amat berterima kasih kepadanya, sebab rekomendasi profesor kondang inilah yang turut membuka pintu demi pintu untuk menempuh studi tahap selanjutnya, termasuk studi doktoral di Universitas Cambridge (1998-2003).

DALAM kenangan penuh rasa syukur, saya ucapkan "Selamat Jalan" kepada mahaguru yang inspiratif ini. Bagi saya, kenangan padanya bukan hanya dibangun di atas reputasi akademisnya melainkan juga sikap dan keteladanannya (Ibrani 13.7).***

 

Foto Saya
Nama:

Menikah dengan Marta Romauli Simamora, dikaruniai tiga putra: Tobias, Theosis dan Timaeus. Melayani sebagai pendeta di Gereja Kristen Protestan Indonesia (GKPI, berpusat di Pematangsiantar) dan konsultan ahli di Lembaga Alkitab Indonesia (LAI). Studi lanjut dalam filologi dan tafsir Kitab Suci di Union Theological Seminary in Virginia, USA (Th.M./1995), Pontificium Institutum Biblicum, Roma (1997-98), Ecole Biblique, Yerusalem, Universitas Tesalonika, Yunani (2000). Menyelesaikan studi doktoral di Fakultas Studi Oriental, Cambridge University, UK (PhD/2003), dengan disertasi mengenai Septuaginta, yakni Kitab Suci Ibrani yang pertama kali diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Studi komplementer dalam bidang linguistik di Australian National University, Canberra (GradDipl/2007).

Arsip
Mei 2008 / Agustus 2008 / September 2008 / Januari 2009 / April 2009 / Oktober 2009 / Juni 2012 / Juli 2012 / Oktober 2012 / Februari 2013 / Mei 2013 /


Powered by Blogger

Berlangganan
Postingan [Atom]